Articles
9 Documents
Search results for
, issue
"Vol 12, No 2 (2023): Mei 2023"
:
9 Documents
clear
<![CDATA[Perkembangan Aktivitas Industri dan Bangkitan Aktivitasnya di Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan ]]>
<![CDATA[Danik Nur Puspita Sari]]>;
<![CDATA[Fadjar Hari Mardiansjah]]>
<![CDATA[ Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 12, No 2 (2023): Mei 2023 ]]>
Publisher : <![CDATA[Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14710/tpwk.2023.34502
<![CDATA[Urbanization process has also shifted urban activities from urban cores its peripheries. Industrial development peripheries become one of the activities that strengthened rural-urban linkages in the form of core-peripheries interactions. This phenomenon also occurs in Semarang Metropolitan area, small towns in its peripheries as the locations for industrial development, including in Tegowanu District, Grobogan Regency. The development of industrial activities in the area also leads to other activities generation. The results show that industrial development in Tegowanu District appeared since 2009 by the development of a garment factory, which is followed by other industries, located in Mangunsari and Gebangan Villages. The industrial development is in a rural village area and industrial development in Tegowanu District is 23.08% per year. However, the generation of other activities in Mangunsari Villages is still low, although most of industrial activities’ development are located there. Tegowanu Kulon as an old urban village is the place where the most of other activities’ generated take place because industrial activities in Tegowanu District are still relatively new and developing, soo the impacts in generating other urban activities is still limited. However, the development of industrial activities in the area has resulted in more varied livelihoods and employment opportunities]]>
<![CDATA[Analisis Karakteristik Perjalanan dan Pengguna Moda Kombinasi (Trans Jogja dan Sepeda) ]]>
<![CDATA[Fadhilah Maretha Adrie]]>;
<![CDATA[Diah Intan Kusumo Dewi]]>
<![CDATA[ Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 12, No 2 (2023): Mei 2023 ]]>
Publisher : <![CDATA[Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14710/tpwk.2023.34517
<![CDATA[Permasalahan kota besar di negara berkembang seperti kemacetan dan peningkatan polusi udara menjadi salah satu isu global yang perlu diatasi segera. Integrasi angkutan umum direkomendasikan sebagai salah satu solusi yang mampu mengatasi permasalahan ini dengan mengkombinasikan penggunaan kendaraan non-motorized sebagai feeder . Namun, penelitian mengenai pengguna dan perjalanan moda kombinasi masih belum dipelajari secara spesifik dan empiris. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hal ini secara spesifik yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai karakteristik perjalanan dan pengguna sebagai pertimbangan dalam penyediaan transportasi di Kota Yogyakarta. Pengumpulan data melalui kuesioner, diolah dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif menghasilkan kesimpulan bahwa pengguna Trans Jogja didominasi oleh masyarakat dengan kelompok umur usia produktif dan berjenis kelamin perempuan. Sebagian besar dari mereka memiliki profesi sebagai Mahasiswa dengan pendapatan menengah dan memiliki maksud perjalanan menggunakan Trans Jogja untuk berwisata dengan perjalanan satu kali dalam seminggu. Selama ini, sebagian besar pengguna berjalan kaki untuk menjangkau halte dan tujuan setelah naik atau turun dari Trans Jogja. Namun beberapa dari mereka menyatakan cukup kewalahan jika jarak yang ditempuh dari asal-halte atau halte-tujuan memiliki jarak yang cukup jauh. Oleh karena itu, diusulkan penggunaan sepeda sebagai feeder dalam mengatasi permasalahan ini, dan berdasarkan analisis persepsi, 78% pengguna Trans Jogja bersedia untuk menggunakan sepeda sebagai feeder menuju Trans Jogja.]]>
<![CDATA[Sektor Pariwisata di Kabupaten Sleman Pada Masa Pandemi COVID-19 ]]>
<![CDATA[Jihan Nisrina Irawati]]>;
<![CDATA[Maya Damayanti]]>
<![CDATA[ Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 12, No 2 (2023): Mei 2023 ]]>
Publisher : <![CDATA[Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14710/tpwk.2023.33618
<![CDATA[Tourism is one of the most affected sectors due to the spread of COVID-19 Virus. The result of the spread of this virus in tourism sectors are economy loss and a decrease in tourist arrivals. Besides that, COVID-19 Virus also has caused prefence change in terms of choosing destinations. That problem will impact the process of tourism’s recovery after the Pandemic COVID-19 globally and even locally. Therefore, it is necessary to conduct a research that will give a picture of tourism sector during Pandemic COVID-19. This research was conducted in Kabupaten Sleman, one of regencies in Daerah Istimewa Yogtakarta which highly depends on tourism in its economy. This research aims to determine a picture of tourism sector in Kabupaten Sleman during Pandemic COVID-19. The results of this research are Pandmic COVID-19 has impacted on tourism in Kabupaten Sleman economically and a tourism preference change. The conclusion of this research is Kabupaten Sleman experienced economy loss and a decrease in tourist arrivals. Besides that, nature tourism has became the most visited destinations in Kabupaten Sleman during Pandemic COVID-19.]]>
<![CDATA[Prediksi Tutupan Lahan dalam Melihat Perkembangan Lahan Sawah di Kota Gorontalo Menggunakan Permodelan Cellular Automata ]]>
<![CDATA[Muhammad Ghozali Pulukadang]]>;
<![CDATA[Bitta Pigawati]]>
<![CDATA[ Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 12, No 2 (2023): Mei 2023 ]]>
Publisher : <![CDATA[Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14710/tpwk.2023.35966
<![CDATA[Land development in Indonesia currently tends to have a significant impact on land use change. Gorontalo City is one of the provincial capitals which currently still has an area of more than 800 ha of rice fields. The growing issue related to rice fields is that 50% of the currently identified rice fields will become built up land because they have accessibility and facilities that support the development of built up land. The purpose of this study is to predict the development of land cover in the City of Gorontalo and to analyze the conversion of paddy fields into built-up land. Rice fields are productive lands that are quite important in Gorontalo City, so it is necessary to know how much the reduction is due to the development of built-up land. The dynamics of land cover changes spatially will be analyzed using the Cellular Automata (CA) model with a period of 10 years. The results obtained from this study indicate that the prediction of land cover development with a validation value of 0.55 (Accuracy of Moderate), especially built-up land in 2030 increases by 592 Ha and the conversion of paddy fields into built-up land in 2030 covers an area of 300 Ha in the District North City. The results of this study can be used as recommendations and considerations for Gorontalo City government policies in controlling land in order to achieve a sustainable city.]]>
<![CDATA[Dampak Kebijakan Penanganan Pandemi Covid 19 Berdasarkan Persepsi Masyarakat Kota Lama Semarang Sebagai Ruang Terbuka Publik ]]>
<![CDATA[Tefi Liring Aditya]]>;
<![CDATA[Grandy Loranessa Wungo]]>
<![CDATA[ Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 12, No 2 (2023): Mei 2023 ]]>
Publisher : <![CDATA[Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14710/tpwk.2023.34181
<![CDATA[The goal to be achieved in this study is to find out how the public's perception of the implementation of the Covid 19 pandemic handling policy in the Kota Lama Semarang as a public space. That will be done by analyzing how the perception of people who are active in the Old City of Semarang after the pandemic handling policy in the Kota Lama Semarang As a public space the research method that will be used in this study is quantitative and qualitative methods, using descriptive analysis and scoring and weighting analysis. Data collection techniques used were questionnaires and interviews with community respondents who visited the Kota Lama Semarang.The results of this study are the results of an analysis that has been carried out in the aspect of an ideal public open space consisting of Comfort, Activities, Accessibility and Sociability which were selected based on the book Public Space by Stepher Carr and Public Space & Urban Spaces by Carmona, which was then carried out after scoring analysis. and supported by the interview results obtained very good results which show that the Kota Lama Semarang has been able to adapt to the existing pandemic conditions.]]>
<![CDATA[Peran Mayarakat dalam Eksistensi Kampung Kota (Studi Kasus: Kampung Pelangi Kota Semarang) ]]>
<![CDATA[Fitriani Fitriani]]>;
<![CDATA[Holi Bina Wijaya]]>
<![CDATA[ Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 12, No 2 (2023): Mei 2023 ]]>
Publisher : <![CDATA[Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14710/tpwk.2023.28435
<![CDATA[Kampung Wonosari merupakan salah satu kampung yang dalam sejarahnya diperuntukkan sebagai kawasan pemakaman. Namun, lokasi Kampung Wonosari yang berada di pusat kota yang dekat dengan pusat pemerintahan, Tugu Muda, Lawang Sewu, sarana kesehatan RSUD Kariadi, serta pusat perniagaan pandanaran, menyebabkan berubahnya peruntukan Kampung Wonosari. Lambat laun Kampung Wonosari berubah dari dominasi lahan pemakaman kini didominasi menjadi lahan permukiman yang tidak tertata. Ekistensi kampung kota sebagai tempat bermukim yang berkualitas bagi masyarakat perkotaan dapat dilakukan melalui penggalian potensi dari berbagai sektor, tentu saja hal ini tidak lepas kaitannya dengan peran masyarakat didalamnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran masyarakat dalam eksistensi Kampung Pelangi di Kota Semarang. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada analisis eksistensi Kampung Pelangi sebagai kampung kota tergolong dalam kriteria kuat. Hal ini dikarenakan Kampung Pelangi dapat memberikan identitas pada suatu kota dimana masih terlihat wajah asli kampung yaitu ditandai dengan adanya makam bersejarah yang masih dilestarikan serta ikatan-ikatan sosial dan adat istiadat yang masih terjalin dalam masyarakat Kampung Pelangi. Kondisi ini tentunya berpengaruh berhadap peran masyarakat yang sudah berkontribusi tinggi terlibat dalam pelaksanaan aktivitas dan pembangunan di Kampung Pelangi. Dalam program pembentukan Kampung Pelangi masyarakat tidak ikut terlibat dalam inisiasi pembentukan Kampung Pelangi, pemerintahlah yang berperan penting mulai dari inisiasi, implementasi, dan monitoring. Masyarakat hanya terlibat dalam pelaksanaan aktivitas pembangunan saja, sehingga inisiatif masyarakat masih hanya terbatas arahan pemerintah saja. Kondisi ini juga terkait dengan keberadaan organisasi lokal (pokdarwis) di Kampung Pelangi dimana peran pokdarwis untuk pengembangan Kampung Pelangi hanya jika ada arahan dari kelurahan saja atau pemerintah kota semarang dalam mewujudkan Kampung Pelangi menjadi destinasi yang menarik untuk dikunjungi yang memang pada dasarnya sudah menjadi program pemkot Semarang. Meskipun begitu keberadaan pokdarwis cukup bermanfaat bagi masyarakat Kampung Pelangi yang berperan dalam pengadaan event-event kegiatan wisata. Sedangkan untuk penilaian kapasitas masyarakat sendiri berada pada kategori sedang. Kegiatan pengembangan kapasitas masyarakat di Kampung Pelangi belum sepenuhnya berhasil mengatasi permasalahan Kampung Pelangi karena belum adanya monitoring secara berkelanjutan terkait program kegiatan dalam peningkatan kapasitas masyarakat. ]]>
<![CDATA[Preferensi Masyarakat Terhadap Penggunaan Telemedicine Sebagai Pendukung Sarana Kesehatan pada Masa Pandemi Covid-19 di DKI Jakarta ]]>
<![CDATA[Tasya Rahma Araminta]]>;
<![CDATA[Mada Sophianingrum]]>
<![CDATA[ Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 12, No 2 (2023): Mei 2023 ]]>
Publisher : <![CDATA[Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14710/tpwk.2023.34245
<![CDATA[The Covid-19 pandemic has become a great challenge for cities around the world, one of which is DKI Jakarta, to adapt to the impact it has. One of the biggest impacts of the pandemic is health services that become vulnerable to experiencing over capacity during the pandemic. This condition gave rise to a new phenomenon, namely the use of telemedicine as a form of community adaptation to overcome the problem of limited access to health services when a wave of COVID-19 cases occurred. As a form of public service, it is important to know the preferences of the community as users of telemedicine, so that later the benefits obtained from telemedicine can be maximized. The results of this study indicate that people's preferences for the use of telemedicine are very diverse, which people give a positive response to the use of telemedicine as a form of health service, as proved by the number of people who will continue to use it in the future. The community also uses telemedicine as a solution to the problems of conventional health services, such as the high cost of services and the service process which is considered to be complicated and take a long time. However, the use of telemedicine is still facing obstacles, one of which is the quality of the application which is considered to be still not good. The use of telemedicine can be a solution to the problems of conventional health services, because telemedicine cannot remove the existing health care system, but is complementary.]]>
<![CDATA[Risiko Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut di Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat ]]>
<![CDATA[Dwiki Muharrama]]>;
<![CDATA[Widjonarko Widjonarko]]>
<![CDATA[ Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 12, No 2 (2023): Mei 2023 ]]>
Publisher : <![CDATA[Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14710/tpwk.2023.32816
<![CDATA[Data laporan kasus Kebakaran hutan dan lahan dari publikasi Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Kubu Raya menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2015 hingga tahun 2019 telah terjadi sebanyak total 342 kasus kebakaran hutan dan lahan. Rata-rata total kasus karhutla mencapai 60 kasus pertahun yang tersebar pada beberapa lokasi di kecamatan yang berbeda-beda. Wilayah Kabupaten Kubu Raya dilalui bentangan Sungai Kapuas yang bercabang-cabang serta memiliki karakteristik dataran rendah dengan sebaran jenis tanah gambut yang luas dan jenis lahan didominasi lahan hutan dan kawasan perkebunan sawit. Karakteristik geografis tersebut membuat pembangunan menjadi sulit dan memengaruhi kualitas penanggulangan karhutla hingga beberapa kali kasus karhutla tidak dapat ditangani karena sulitnya akses pada sebagian wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi spasial tingkat risiko bencana kebakaran hutan dan lahan.Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian ini menggunakan metode analisis spasial untuk mengkaji masing-masing variabel ancaman, kerentanan, serta kapasitas penganggulangan karhutla. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa tingkat risiko karhutla didominasi kategori risiko rendah dengan rasio 44,60%. Akan tetapi, terdapat beberapa temuan pada pengkajian variabel karhutla yang menjadi penyebab kondisi risiko karhutla menjadi tinggi seperti sebaran jenis tanah gambut serta kurang meratanya cakupan pelayanan fasilitas penanggulangan karhutla.]]>
<![CDATA[Preferensi Pengguna Gang Terhadap Peletakan Signage Sebagai Respons Terhadap Pandemi COVID-19 di Kampung Sekayu Kota Semarang ]]>
<![CDATA[Paskalis Noventus Krishartadi]]>;
<![CDATA[Novia Sari Ristianti]]>
<![CDATA[ Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 12, No 2 (2023): Mei 2023 ]]>
Publisher : <![CDATA[Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ]]>
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14710/tpwk.2023.34498
<![CDATA[Public spaces need to adapt to the COVID-19 pandemic by supporting the implementation of health protocols, so they do not become places for the virus to spread. Alleys in urban kampung as public spaces are undoubtedly prone to spread the virus. The narrow width of the alley makes it difficult for people to implement health protocols like the alleys in Kampung Sekayu in Semarang, which have not shown any adaptation. Signage has not been used to remind the implementation of health protocols. The research aims to find and recognize the placement of signage elements to help the implementation of health protocols in the alleys in Kampung Sekayu. This research method is quantitative with quantitative descriptive analysis techniques. The results of this study are directional signage is placed on the side of the alleyway adjacent to the fence of the surrounding house, identification and information signage are placed on the side of the alleyway which is not adjacent to the fence of the surrounding house. Directional signage is placed on the inside of the alley intersection, identification and information signage are placed on the outside of the alley intersection.]]>
